“Ngarakyat” tema Dialog Tari VI Tahun 2019
- Written by IIn Rizky
- Category: Berita ISBI Bandung
- Hits: 11
Permasalahan terkait eksistensi Tari Rakyat yang mulai terancam, tertinggal dan dilupakan seiring dengan perkembangan zaman di era generasi milenial, “Ngarakyat” menjadi tema Dialog Tari tahun ini. Menyampaikan berbagai kesenian Tari Rakyat dari berbagai perwakilan delegasi dan komunitas darerah di Indonesia, sebagai harapan dapat menangani permasalahan tersebut di era kini.
Budaya dan seni-seni rakyat banyak sekali dengan kegiatan ini sebagai upaya pelestarian Tari Rakyat yang mulai terancam tertinggal dan dilupakan, menghidupkan kesadaran publik terkait Tari Rakyat, dan sebagai agenda tahunan Himpunan Mahasiswa Tari (HIMATA) ISBI Bandung, panggung kreativitas bagi pelaku seni tari rakyat sekaligus memotivasi para milenial untuk melestarikannya adalah tujuan kegiatan Dialog Tari VI disampaikan pada pembukaan oleh Een Herdiani.
Arak-arakan dan Tari Pencak Silat menjadi suguhan pertama pada acara ini, dilanjutkan dari penampilan 5 (lima) komunitas;
No |
Nama Komunitas |
Judul Karya |
Sinopsis |
1 |
Bolots Dance Theater Surabaya Koreografer : Alvian Yoga Prastiawan
Penari : Alvian Yoga Prastiawan dan Endry Prameswaru |
Kaitan (Ngerem’o) |
Manusia memiliki ingatan tubuh dan emosi, namun apa mungkin ingatan itu dapat dilakukan kembali setelah barusan apa yang terjadi |
2 |
Artmay Studio X Jawara ISBI Koreografer : Erwin Mardiansyah
Penari : Erwin Mardiansyah dan Anggha Nugraha Saefuridjal |
Pagar Diri |
Karya ini berangkat dari persamaan fungsi serta filosofi dari silat Minang dan silat Sunda. Persamaan yang dimaksud yaitu pertama secara perkembangan tari rakyat yang ada diminang berangkat dari gerak-gerak silat seperti : Randai, Ulu Ambek, Tari Piring, Tari Sewa, Bujang Sembilan, dan Alang Suntiang Pangulu. Begitupun di Sunda seperti tari Cikeruhan, Uyeg, Ketuk Tilu,dan tari rakyat yang berkembang di Jawa Barat.secara filosofi silat Minang dan silat Sunda juga terdapat persamaan yaitu pada silat Minang “Musuah pantang dicari basuo pantang dilakan”, kemudian dalam silat Sunda disebut “Someah hade ka semah, cadu ujub jeung elmuna”. Secara inti persamaan dari fungsi kedua silat yaitu salah satu upaya untuk mennjaga diri.
|
|
Rii Studio Koreografer : Agung Rizki
Penari : Dea Latuti, Fitri Dwi, kechi, Restu, Syifa Mega i
|
Geboyna si Kembang Panggung
|
Eksistensi peran wanita diatas panggung.
|
|
Studio Bawah Tangga Indonesia
Koreografer : Bismi Adi Rosa Prayoga
Sinopsis : Suku nu jadi patokan, sakabeh patokan aya disuku,
|
Go Thonk
|
Suku nu jadi patokan, sakabeh patokan aya disuku,
|
Sendratasik Universitas Jambi akan menampilkan karya berjudul Betino, Karya Betino ini terinspirasi (menggunakan gerak) tari Iyo-Iyo dan Rentak Kudo, sebagai pijakan karya. Hentakan kaki, suara tubuh meruakan representari dari Betino (perempuan) Kerinci dalm menyuarakan kesetaraan dan kemerdekaan untuk kaum matrilineal kerinci.
Fase sebagai judul karya yang ditampilkan oleh ISBI Bandung, koreografer Tri Purna Gumelar, penari Angeline azhar, Febiriyanti putri, Nadia hardianti pitaloka, Ovi nurafipah, Anita tri utami, Fitri sugiarti
Dan Vega mutia, komposer Sepira Lisman, Light designer-fajar okto. Sinopsis Dikarenakan problematika mengenai esensi tari rakyat itu sendiri yang dianggap mulai punah dan terlupakan, salah satunya kesenian rakyat dari Padepokan Sunda Mekar Jl. Widiadisastra Situraja Sumedang yaitu Bangreng. Dengan demikian kami mengambil kesenian Bangreng dengan harapan agar masyarakat mengenal kembali kesenian rakyat.
Kemasan kegiatan ini sangan menarik karena setiap sehabis karya akan dilakukan sesi dialog diusung pembicara dari otniel tasman dan ali sukri dan peserta para milenianl dlibatkan secara aktif dalam konten. Sebagai penutup akan disuguhkan kesenian Bangreng dari Ujung berung.